MEMAHAMI DIKSI BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Anggit Nur Ramadhanty (4005160041)
M.Taufik (40051600)
Ana liem
(40051600)
Ridho Iskandar
PROGRAM STUDI REFRAKSI OPTISI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang,penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-NYA yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia mengenai
“Memahami Diksi Bahasa Indonesia” ini dengan lancar, shalawat serta salam kami
panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan
kegelapan.
Makalah yang berjudul “Memahami Diksi Bahasa
Indonesia” disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Bahasa
Indonesia jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Pamulang.
Adapun makalah Bahasa Indonesia ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen Bahasa Indoesia Ibu Kasih, M.Pd yang mana bersedia membimbing kami
dalam penyusunan makalah.
2. Orang tua penulis yang selalu memberi dukungan kepada penulis serta rela menjadi donatur demi kelancaran penyusunan
makalah Bahasa Indonesia ini.
3. Rekan-rekan kelompok 4 yang mau bekerjasama dalam menyelesaikan makalah.
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan ini penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan semata hanya milik ALLAH SWT, untuk itu segala kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami nantikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal
antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah
& kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan
kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam
Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat
mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi
harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa,
tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata
tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan
ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif)
serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh
karena itu, ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur
bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah
penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi
dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena
ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk
memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan
lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan
kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis
atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata
bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan
kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh
pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut
mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial dalam cerita tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1.
Apakah pengertian diksi?
2.
Bagaimana diksi yang tepat dan tidak tepat dalam kalimat?
3.
Apa perbedaan kata umum dan khusus?
4.
Apa berbedaan makna denotatif dan konotatif?
5.
Apa yang dinamakan gaya bahasa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan :
1. Untuk mengetahui pengertian diksi.
2. Untuk mengetahui seperti apa kata umum dan khusus.
3. Untuk mengetahui makna denotatif dan konotatif.
4. Untuk memahami bagaimana diksi yang tepat & tidak
tepat dalam kalimat.
5. Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan acuan dalam berbahasa yang benar sehingga dapat memberi
manfaat sebagai berikut :
Penelitian ini diharapkan
berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal,
sistematis, dan bermanfaat.
1) Manfaat
teoretis
a. Penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan mengenai penelitian korelasi terkait penguasaan
diksi dan sikap berbahasa dengan keterampilan menulis.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
dalam mengaplikasikan teori penelitian korelasi dalam bidang linguistik dan
pengajarannya.
2) Manfaat
praktis
a. Bagi dosen
Sebagai bahan masukan
pentingnya meningkatkan kualitas mengajar sehingga dapat mengarahkan mahasiswa
dalam meningkatkan kreativitas menulis karya tulis ilmiah.
b. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat mengembangkan
kreativitas menulis mahasiswa dalam karya tulis ilmiah.
c. Bagi universitas
Merupakan bahan masukan
sebagai sumbangan pemikiran pentingnya keterampilan menulis karya tulis ilmiah
untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan Studi
Dalam penelitian ilmiah atau pembuatan
makalah pengertian diksi sangat beragam. Dalam makalah ini peneliti mengambil
dua makalah sebagai tinjauan studi.
Dalam makalahnya Mumtahanah
Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk
dipakai dalam suatu tuturan bahasa.
Sementara menurut Susandi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan kata yang tepat
dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.
Sementara
menurut Mumtahanah Diksi bukan hanya sekedar memilih yang tepat tetapi untuk
menentukan kata mana yang cocok digunakan dalam kalimat yang maknanya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.
2.2 Landasan
Teori
Diksi menurut Keraf (2010:24)
yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai
berikut.
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian
kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokkan kata-kata yang tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan
secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata
bahasa.
Diksi atau pilihan kata adalah
salah satu persyaratan yang perlu dan mendesak dalam berbicara atau menulis
menurut Fitriyah dan Gani (2007:77). Pilihan kata termasuk dalam ilmu
sistematik (semansiologi), yaitu ilmu yang mempelajari makna kata.
Dari uraian diatas diksi atau
pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk mencapai
penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak menimbulkan
makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.
2.3
Pengertian Diksi
Pengertian pilihan kata atau
diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.
Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana
yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tapi juga
meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup
persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut
cara-cara yang khusus berbrntuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian
dari diksi berkaitan dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau
karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Terdapat beberapa pengertian
mengenai diksi atau pilihan kata : (1) Diksi atau pilihan kata adalah hasil
dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa.
(2) diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan
selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.. (3) Pilihan kata atau diksi
pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. (4) Diksi atau pilihan
kata adalah upaya pemilihan kata yang benar untuk mencapai suatu makna yang
tepat.
2.3.1 Persyaratan dan
Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kamampuan
sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara,
maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih
kata-kata untuk mencapai magsud tertentu. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah
paham.
Ada beberapa yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai ketepatan pilihan katanya itu.
1. Membedakan
secara cermat denotasi dan konotasi. Dari kedua kata yang mempunyai makna yang
mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan dipergunakannya untuk
mencapai magsudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang diinginkannnya, ia harus
memilih kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi emosional tertentu, ia
harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya itu.
2. Membedakan
dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata bersinonim tidak
selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis atau
pembicara harus hati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada, untuk
menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang
berlainan.
3. Membedakan
kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang
tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu
misalnya : bahwa-bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasi-koperasi, dan
sebagainya.
4. Hindarilah
kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Pemkembahan bahasa pertama-tama tampak dari
pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang
boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama
kali karna dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila
anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan kata itu akan
menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata
lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.
5. Waspadalah
terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung
akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic,
progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang
berpasangan secara tepat.
Pasangan yang tepat
|
Pasangan yang tidak tepat
|
antara.....dengan.....
|
antara....dan....
|
tidak.....melainkan.....
|
tidak.....tetapi....
|
baik.....ataupun.....
|
baik....maupun.....
|
bukan.....tetapi.....
|
bukan....melainkan....
|
1.1 Contoh pasangan kata yang
tepat.
7. Kata kerja
yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis : ingat akan bukan
ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan;
berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi
sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif).
8. Untuk
menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan
kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang
umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau perinciannya.
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
9. Memperhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan
pilihan kata.
2.3.2 Fungsi Diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi
dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau
solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a. Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang
baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian
target komunikasi.
2.4 Makna Denotatif dan Makna
Konotatif
Di dalam sebuah tulisan
biasanya kita sulit untuk menentukan atau menginterpretasi makna sebuah kata
atau frasa. Hal ini disebabkan karena adanya makna yang disampaikan secara
sebenarnya(Denotasi) dan makna yang disampaikan dalam bentuk kiasan(Konotasi).
2.4.1 Makna Kata
Kata sebagai satuan dari
perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah
segi yang dapat dicerap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan
melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi
dalam pikiran pendengar atau pembaca karna rangsangan aspek bentuk tadi. Contoh
:
Ketika ada orang
berteriak “maling !” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa
“ada seseorang yang berusaha mencuri barang orang lain”. Jadi bentuk dan
ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi,
sedangkan makna atau isi adalah “reaksi yang timbul pada orang yang
mendengar”.
2.4.2 Macam-Macam Makna
Pada umumnya makna kata
dibedakan pertama-tama atas makna kata yang bersifat denotatif dan makna kata
yang bersifat konotatif.
a. Makna Denotatif
Kata yang tidak mengandung
makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut dengan makna denotatif. Makna
denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti : makna
denotasional, makna kongnitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial
atau makna proposisional. Disebut makna denotasial, referensial, konseptual dan
ideasional, karna makna itu menunjuk (danote) kepada suatu referen. Disebut
makna kongnitif, karna makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan;
stimulus (dari pihak pembicara) dan respon (dari pihak pendengar) menyangkut
hal-hal yang dapat dicerap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna
ini disebut juga makna proposional karna ia bertalian dengan
informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna
ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada
suatu kata.
Contoh :
Ø Tangan
kanan ikhsan terkilir.
Ø Rudi
menjual kambing hitam miliknya.
Ø Ia naik
tangga untuk memperbaiki genteng rumah yang bocor.
b. Makna Konotatif
Makna kata yang mengandung
arti tambahan , perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu disamping makna
dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau konotasi. Konotasi atau makna
konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung
nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin
menimbulkan perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang dan
sebagainya pada pihak pendengar,; di pihak lain, kata yang dipilih itu
memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
Contoh:
Ø Banyak
pahlawan yang telah gugur dalam medan perang.
(gugur : meninggal dunia)
Ø Ia tak pantang
menyerah meski banyak aral melintang.
(aral melintang : rintangan,
hambatan)
Ø Mempunyai
harta berlimpah tak membuat Heru besar kepala.
(besar kepala : sombong)
Ø Kenaikan
harga bahan pokok membuat usaha Reza gulung tikar.
(gulung tikar : bangkrut)
Ø Para TNI
turun tangan dalam percarian korban tragedi kecelakaan pesawat.
(turun tangan : ikut membantu)
Makna Denotatif
|
Makna Konotatif
|
Makna yang sesuai dengan makna asli.
|
Maknanya kiasan.
|
tidak
menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca.
|
sering
kali membingungkan para pembacadalam menemukan makna.
|
seringkali
dijumpai dalam penulisan karya ilmiah.
|
sangat
sering dijumpai dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain
sebagainya.
|
1.2 Table
Perbandingan Makna Konotatif dan Denotatif
2.5 Kata Umum dan Kata Khusus
Pada umumnya untuk mencapai
ketepatan pengertian yang lebih baik memilih kata khusus daripada kata umum.
Kata umum yang dipertentangkan dengan kata khusus harus dibedakan dari kata
denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan dari kata berdasarkan
maknanya, yaitu apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah
kata. Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas dan tidaknya cakupan
makna yang dikandungnya. Bila sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila ia
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret maka kata-kata
itu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus
sebuah kata atau istilah, semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang
dapat dicapai antara penulis dan pembaca, sebaliknya semakin umum sebuah
istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Sebuah
istilah atau kata yang umum dapat mencakup sejumlah istilah yang khusus. Dalam
ilmu semantik, kata umum yang mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut
superordinal, sedangkan istilah-istilah khusus yang dicakupnya disebut hiponim.
a. Kata umum adalah kata-kata
yang pemakaiannya dan maknanya bersifat umum dan luas. Bidang dan obyek yang
dicakup oleh kata umum itu luas dan tidak secara spesifik merujuk atau
merepresentasikan bidang atau obyek tertentu. Jenis kata umum tidak memiliki
pertalian yang erat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata umum kurang memberi daya
imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/ pembaca
masih samar.
b. Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan
maknanya bersifat spesifik dan sempit dan yang merujuk kepada pengertian
kongkret dan tertentu. Bidang, ruang lingkup, dan obyek yang dicakup oleh kata
khusus itu sempit dan dia secara spesifik merujuk atau merepresentasikan
bidang, ruang lingkup, atau obyek yang sempit, di samping juga hanya meliputi
aspek tertentu saja.Jenis
kata khusus memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya. Sebagai akibatnya,
kata khusus memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam
pikiran audiens/ pembaca tidak samar.
Hubungan antara kata umum kata
khusus itu bersifat relatif. Maksudnya, suatu kata tertentu bisa merupakan kata
khusus dari kata lain yang lebih umum; dan kata yang lebih umum itu bisa
menjadi kata khusus untuk kata lainnya lagi. Relativitas kata umum dan kata
khusus ini menciptakan gradasi kata.
Sangat Umum
|
Kurang Umum
|
Lebih Khusus
|
Sangat Khusus
|
Tumbuh-tumbuhan
|
Pohon
|
Pohon asam
|
Pohon asam dibelakang rumah
|
Penjahat
|
Pencuri
|
Pencopet
|
Orang yang mencopet dompet saya
|
Kendaraan
|
Mobil
|
Sedan
|
Mobil sedan milik Pak Ali
|
Olahragawan
|
Pemain bola
|
Gelandang
|
Ali
|
Binatang
|
Anjing
|
Herder
|
Nero
|
Table 1.3 Contoh Kata
Umum dan Kata Khusus
2.6 Gaya Bahasa
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari
kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin.
Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan
pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian
untuk menulis indah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk
menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya
bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang
mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa tertentu. Sebab
itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan : pilihan kata
secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan.
Walaupun kata style berasal
dari bahasa Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori
mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
1. Aliran Platonik: menganggap style sebagai kualitas
suatu ungkapan, menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang
tidak style.
2. Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah
suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam ungkapan.
Dengan demikian, aliran Plato
mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada karya karya yang sama
sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa
semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada
yang rendah, ada karya yang memiliki gaya yang kuat ada yang lemah, ada yng
memiliki gaya yang baik ada yang memiliki gaya yang jelek.
Bila kita melihat gaya secara
umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri,
entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima
pengertian ini maka kita dapat mengatakan “cara berpakaiannya menarik perhatian
banyak orang”, “Cara menulisnya lain dari pada kebanyakan orang”, “Cara
jalannya lain dari pada yang lain”, yang memang sama artinya dengan “gaya
berpakaian”, “gaya menulis” dan “gaya berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya
bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat
menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu.
Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya,
semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan
kepadanya.
Akhirnya style atau gaya
bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
2.6.1 Gaya Bahasa Berrdasarkan
Pilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya
bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi
tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari
lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi
tertentu.
Dalam bahasa standar (baahasa
baku) dapatlah dibedakan : gaya bahasa resmi (bukan bahasa resmi), gaya bahasa
tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
a. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya
dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalm kesempatan-kesempatan
resmi, gaya yang digunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan
baik dan terpelihara. Amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah
mimbar, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius, atau esei yang
membuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan bahasa resmi.
b. Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga
gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam
kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini biasanya
dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel
mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan
sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan
normal bagi kaum terpelajar.
Menurut sifatnya, gaya bahasa
tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk
informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi)
hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa
percakapan kaum terpelajar.
c. Gaya Bahasa Percakapan
Sejalan dengan kata-kata
percakapan, terdapat juga gaya bahasa percakapan. Dalam gaya bahasa ini,
pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya
bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu
berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk
menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi.
2.7 Syarat-syarat dalam menggunakan diksi yang tepat
Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan
kata. Perhatikan syarat-syarat berikut untuk menentukan kesesuaian diksi:
1. Hindari
pengggunaan bahasa substandar dalam situasi formal.
Bahasa
standar ialah merupakan tutur bahasa yang biasa digunakan oleh mereka
kalangan menengah ke atas, atau yang mengenyam pendidikan tinggi.
Sementara itu, bahasa nonstrandar kebalikannya, biasa digunakan dalam
percakapan sehari-hari orang umum.
2.
Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya gunakan kata
popular. Kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah
atau kata yang jarang digunakan oleh orang-orang awam, hanya kalangan tertentu
saja yang menggunakan. Contoh, dalam jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah.
Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah kata popular, halini karena agar makna
yang disampaikan dalam jurnal dapat dimengerti oleh semua pendengar.
3. Hindari
jargon yang dapat dibaca oleh publik. Jargon merupakan kalimat atau frase dalam
bahasa tertentu yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam
memilih kata hindari jargon karena orang lain belum tentu memahaminya.
4. Hindari
pemakaian kata – kata slang. Kata slang merupakan kata non standar yang
digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya. Pengunaan kata slang saat
formal tentu tidaklah baik.
5. Hindari
ungkapan-ungkapan yang telah usang
6. Hindari
bahasa atau kata artifisial yaitu rangkaian kata yang disusun secara kreatif
untuk menimbulkan rasa seni. Contoh: harum bunga mawar terberai terbawa angn
sampai ke penciumanku.
7. Hindari
penggunaan kata – kata atau kalimat percakapan dalam penulisan. Hal ini
karena kata- kata dalam percakapan merupakan kata nonformal, sehingga tidak
baik ketika digunakan saat menulis hal-hal yang bernuansa ilmiah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Diksi atau pilihan kata adalah
kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk mencapai penyampaian yang tepat
dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak menimbulkan makna yang tidak
dikehendaki pembicara atau penulis.
Dalam pemilihan kata terdapat
berbagai syarat yang harus tepati agar mencapai diksi yang baik dan tepat,
diantaranya yaitu :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir
bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Waspada terhadap penggunaan
akhiran asing.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang
berpasangan secara tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan
secara idiomatis.
8. membedakan kata umum dan kata khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna
yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Adapun fungsi dari diksi atau
pemilihan kata adalah :
a) Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi
gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang
baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target
komunikasi.
Diksi merupakan bagian penting
dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karna karangan atau karya ilmiah yang baik
bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah tersebut tetapi juga dilihat dari
pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah tersebut. Karna
dilihat dalam pemilihan kata seseorang dapat menilai kepribadian seorang
penulis tersebut.
3.2 Saran
Dengan adanya penelitian ini
penulis dapat mengetahui lebih mendalam tentang diksi atau pemilihan kata,
serta penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca karya ilmiah ini. Melalui
makalah ini supaya penulis dapat memahami lebih mendalam lagi sehingga dapat
membentuk generasi yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik.
Penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak, untuk dapat menulis karya ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya.
Daftar
Pustaka
A, Alex dan Achmad H.P.2010.Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Penada Media group.
Mumtahanah, Fida.Makalah
Diksi dan Gaya Bahasa
Nur, Imran.Makalah
Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus
<http://www.slideshare.net/FerialImranNur7/penggunaan-kata-umum-dan-kata-khusus>
Keraf, Gorys.2010.Diksi dan
Gaya Bahasa.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
http://www.smansax1-edu.com/2014/09/cara-mudah-memahami-makna-denotasi-dan.html
Gani, Ramlan A dan Fitriyah
Z.A.2007.Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta:Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Jakarta press.
Komentar
Posting Komentar