PATOLOGI UMUM : GAGAL NAFAS

PATOLOGI UMUM
GAGAL NAFAS

A.      Definisi
Gagal nafas adalah  ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah.” (Merenstein, 1995)

“ Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.” (Staf pengajar ilmu kesehatan anak, 1985)

“ Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana system respirasi gagal untuk melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Manifestasi klinis gagal nafas yaitu pasien terlihat seperti tidur dalam, fatigue (kelelahan), sianosis, takikardia, takipneu, diaphoresis dan perubahan status mental  dikarenakan kegagalan fungsi respirasi, dimana PaO2 terlalu rendah atau PaCO2 terlalu tinggi. Indikasi gagal nafas adalah PaO2 < 60 mmHg atau PaCO2 > 45 mmHg atau keduanya. Yang lain mengatakan bahwa gaga nafas terjadi ketika PaO2 < 50-60 mmHg dan atau PaCO2 > 49 – 50 mmHg pada kombinasi yang berbeda. Perlu dicatat bahwa semuanya diindikasikan dari PaO2 yang lebih rendah dari nilai normal”. (Nicolaos dkk, 2004).

B.      Jenis Gagal Nafas
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
1.       Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal”. (Zulkifli,2006).

2.   Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).

C.       Etiologi Gagal Nafas
Penyebab gagal nafas akut biasanya tidak berdiri sendiri dan merupakan kombinasi dari beberapa keadaan dimana penyebab utamanya adalah :

1.   Gangguan Ventilasi
·         Obstruksi akut, misalnya disebabkan fleksi leher pada pasien tidak sadar, spasme larink atau oedem larink.
·         Obstruksi kronis, misalnya pada emfisema, bronkritis kronis, asma, bronkiektasis, terutama yang disertai sepsis.
·         Penurunan compliance, compliance paru atau toraks, efusi pleura, edema paru, atelektasis, pneumonia, kiposkoloisis, patah tulang iga, pasca operasi toraks/ abdomen, peritonitis, distensi lambung, sakit dada, dan sebagainya.
·         Gangguan neuromuskuler, misalnya pada polio, “guillain bare syndrome”, miastenia grafis, cedera spinal, fraktur servikal, keracuan obat/ zat lain.
·         Gangguan / depresi pusat pernafasan, misalnya pada penggunaan obat narkotik / barbiturate/ trankuiliser, obat anestesi, trauma / infak otak, hipoksia berat pada susunan saraf pusat dan sebagainya.
2.   Gangguan Difusi Alveoli Kapiler
Oedem paru, ARDS, fibrosis paru, emfisema, emboli lemak, pneumonia, “post perfusion syndrome”, tumor paru, aspirasi.
3.   Gangguan Kesimbangan  Ventilasi Perfusi (V/Q Missmatch)    
Peningkatan deadspace (ruang rugi) misalnya pada trombo emboli, enfisema, bronchektasis dsb.
Peninggian “intra alveolar shunting”, misal pada atelektasis, ARDS, pneumonia edema paru, dan lain sebagainya.
Tanda dan Gejala
a.      Tanda
1.      Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan,
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi,
Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan.
2.      Gagal nafas parsial
Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing dan ada retraksi dada.
b.      Gejala
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun).

D.      Patofisiologi Gagal Nafas
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

Klasifikasi
Berdasarkan penyebab organ yang terganggu dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1)      Kardiak
Gangguan gagal nafas bisa terjadi akibat adanya penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 akibat jauhnya jarak difusi akibat edema paru.
Edema paru ini terjadi akibat kegagalan jantung untuk melakukan fungsinya sehinmgga terjadi peningkatan perpindahan cairan dari vaskuler ke interstitial dan alveoli paru. Terdapat beberapa penyakit kardiovaskuler yang mendorong terjadinya disfungsi miokard dan peningkatan LVEDV dan LVEDP yang menyebabkan mekanisme backward-forward sehingga terjadi peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru, cairan berpindah ke interstitial – alveolar paru dan terjadilah edema paru.
a)   Penyakit yang menyebabkan disfungsi miokard :
infark miokard, kardiomiopati, dan miokarditis
b)   Penyakit yang menyebabkan peningkatan LVEDV dan LVEDP :       
Meningkatkan beban tekanan : aorta stenosis, hipertensi, dan Coartasio Aorta,
Meningkatkan volume : mitral insufisiensi, aorta insufisiensi. ASD dan VSD
Hambatan pengisian ventrikel : mitral stenosis, dan trikuspidal insufisiensi
2)      Nonkardiak
Terutama terjadi gangguan di bagian saluran pernafasan atas dan bawah serta proses difusi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya obstruksi, emfisema, atelektasis, pneumothorax, ARDS dan lain lain.
Pemeriksaan Fisik
( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes)
1. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, irama ireguler
·                   S3S4/Irama gallop
·                   Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
·                   Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum)
·                   TD : hipertensi/hipotensi
Nyeri/Kenyamanan
-                Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
-                Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
Pernapasan
-                Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”, batuk
-                Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor.
Keamanan
-       Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
Penyuluhan/pembelajaran
-        Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker.
Pemeriksaan Diagnostik
-     Hb : dibawah 12 gr %
-     Analisa gas darah :
·                   pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
·                   paO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
·                   pCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
·                   BE di bawah -2 atau di atas +2
-     Saturasi O2 kurang dari 90 %
-     Ro : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat perpindahan letak mediastinum.

E.            Penatalaksanaan
1.               Suplemen Oksigen
Merupakan tindakan temporer sambil dicari diagnosis etiologi dan terapinya.
Pemberian O2 peningkatan Gradien Tekanan O2 Alveolus dgn kapiler. Difusi lebih banyak peningkatan PaO2.
2.               Obat dan Penatalaksanaan Lainnya
a.     Mukolitik
Mukolitik (mucolytic) adalah suatu jenis obat yang digunakan untuk mengencerkan mukus (dahak) yang kental sehingga mudah dikeluarkan.
b.     Postural Drainage ( PG )
merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dari sekretnya itu sendiri.
c.      Chest physical therapy
Proses terapi fisik dada seperti teknik vibrasi dada, Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam sambil kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar. Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
d.     Nasotracheal suctioning ( NTS )
NTS atau Pengisapan Lendir merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang cukup dengan cara mengeluarkan sekret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
NTS merupakan suatu metode untuk mengeluarkan sekret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
e.     Cough/deep Breathing Exercise
Membantu melancarkan pengeluaran secret dan merangsang terjadinya batuk serta mendapatkan pengembangan yang maksimal dari paru yang terkena penyakit
Bentuk latihan :
·                Pernafasan diafragma
Melatih klien bagaimana cara bernafas dalam dengan menggunakan diafragma.
Cara: Tarik nafas lewat hidung, dihembuskan lewat mulut secara pelan-pelan. Diulangi dengan frekwensi 5-20 kali tarikan nafas dan hembusan nafas lalu dibatukkan, Latihan nafas dilakukan tiap 1-2 jam.
·                Batuk
Tujuannya untuk mengeluarkan benda asing dari dalam saluran nafas secara efisien termasuk mengeluarkan secret dari traktus respiratorius.
Faktor-faktor yang menunjang terjadinya batuk yang adekuat adalah:
SSP yang intake ; Kemampuan menarik nafas dalam dan menghembuskan keluar dengan cepat (minimal 2 kali minite volume), Fungsi glottis yang normal; Kekuatan otot-otot dinding depan abdomen yang cukup.





















KESIMPULAN

Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal.
Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi gagal untuk melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.


















DAFTAR PUSTAKA

http://www.klikparu.com/2014/06/gagal-napas-hiperkapnia.html
http://dewi-marianti.blogspot.co.id/2011/11/gagal-nafas.html
http://ayipsyarifudin.blogspot.co.id/2011/06/tindakan-suction.html
Google translate



Komentar